Showing posts with label Hidroponik. Show all posts
Showing posts with label Hidroponik. Show all posts

PEMBUATAN LARUTAN NUTRISI HIDROPONIK

Posted by Mega Dewana on Saturday, December 29, 2012

PEMBUATAN LARUTAN NUTRISI HIDROPONIK
PRAKTIKUM SEMESTER 5 MAHASISWA AGROTEKNOLOGI
FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA
2011

Larutan nutrisi sebagai sumber pasokan air dan mineral nutrisi merupakan faktor penting untuk pertumbuhan dan kualitas hasil tanaman hidroponik, sehingga harus tepat dari segi jumlah komposisi ion nutrisi dan suhu. Larutan nutrisi ini dibagi dua, yaitu unsur makro (C, H, O, N, S, P, K, Ca, dan Mg) dan unsur mikro (B, Cl, Cu, Fe, Mn, Mo dan Zn). Pada umumnya kualitas larutan nutrisi ini diketahui dengan mengukur electrical conductivity larutan tersebut  (Tim Karya Tani Mandiri, 2010).

Dalam pembuatan pupuk hidroponik, baik untuk sayuran daun, batang dan daun, bunga serta buah, dibuat dua macam pekatan A dan B. Kedua pekatan tersebut baru dicampur saat akan digunakan. Pekatan A dan B tidak dapat dicampur karena bila kation Ca dalam pekatan A bertemu dengan anion sulfat dalam pekatan B akan terjadi endapan kalsium sulfat sehingga unsure Ca dan S tidak dapat diserap oleh akar. Tanaman pun menunjukkan gajala defisiensi Ca dan S. Begitu pula bila kation Ca dalam pekatan A bertemu dengan anion fosfat dalam pekatan B akan terjadi endapan ferri fosfat sehingga unsur Ca dan Fe tidak dapat diserap oleh akar (Sutiyoso, 2009).

Efisiensi penggunaan larutan nutrisi berhubungan dengan kelarutan hara dan kebutuhan hara oleh tanaman. Bila EC tinggi maka larutan nutrisi semakin pekat, sehingga ketersediaan unsur hara semakin bertambah. Begitu juga sebaliknya, jika EC rendah maka konsentrasi larutan nutrisi rendah sehingga ketersediaan unsur hara lebih sedikit (Sufardi, 2001).

Menurut Sutiyoso (2009) untuk sayuran daun digunakan EC 1,5-2,5. Pada EC yang terlampau tinggi, tanaman sudah tidak sanggup menyerap hara lagi karena telah jenuh. Aliran larutan hara hanya lewat tanpa diserap akar. Batasan jenuh untuk sayuran daun adalah EC 4,2. Di atas angka tersebut, pertumbuhan tanaman akan stagnan. Bila EC jauh lebih tinggi maka akan terjadi toksisitas atau keracunan dan sel-sel akan mengalami plasmolisis.
Berikut merupakan cara pembuatan larutan nutrisi hidroponik untuk menghasilkan larutan nutrisi 1000 liter
Komposisi Pekatan A
  • Kalsium nitrat: 1176 gram
  • Kalium nitrat: 616 gram
  • Fe EDTA: 38 gram
Komposisi B
  • Kalium dihidro fosfat: 335 gram
  • Amnonium sulfat: 122 gram
  • Kalium sulfat: 36 gram
  • Magnesium sulfat: 790 gram
  • Cupri sulfat: 0,4 gram
  • Zinc sulfat: 1,5 gram
  • Asam borat: 4,0 gram
  • Mangan Sulfat: 8 gram
  • Amonium hepta molibdat: 0,1 gram
Kemudian melarutkan tiap-tiap komposisi A maupun B dengan air hingga 20 liter (bukan ditambah air 20 liter). Aduk hingga larut. Pekatan A dan pekatan B masing-masing 20 liter siap digunakan.
Membuat larutan siap pakai:
Jika ingin membuat larutan sebanyak 20 liter, tuangkan pekatan A dan pekatan B masing-masing 0,6 liter. Tambahkan air sebanyak 18,8 liter kemudian diaduk. Dengan demikian larutan siap digunakan. Larutan tersebut memiliki EC 2,2 mS/cm.
Contoh Garam Komposisi B (Kalium dihidro fosfat dan Amonium sulfat)

DAFTAR PUSTAKA
Tim Karya Tani Mandiri. 2010. Pedoman Budidaya Secara Hidroponik. Bandung. Nuansa Aulia.
Sufardi. 2001. Meningkatkan Hasil Jagung pada Utisol Muatan Berubah dengan Aplikasi Beberapa Amandemen Tanah, Hasil dan Efisiensi Pupuk Fosfat. Agrista Vol 5 (1): 12-22.
Sutiyoso, Yos. 2009. Hidroponik Ala Yos. Jakarta. Penebar Swadaya
 Oleh:
Mega Dewana Putri
H0107018, Agronomi
Koordinator Asisten Praktikum Teknologi Hidroponik
Program Studi Agroteknologi
Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret Surakarta
Tahun Ajaran 2011/2012 Semester Gasal
More aboutPEMBUATAN LARUTAN NUTRISI HIDROPONIK

MENANAM BAWANG DAUN DENGAN SISTEM HIDROPONIK EBB AND FLOW

Posted by Mega Dewana

Jika anda tertarik dengan budidaya tanaman sayuran secara hidroponik, sistem yang satu ini patut untuk dicoba. Sistem ini dinamakan dengan sistem EBB and FLOW. Sistem hidroponik Ebb and Flow merupakan sistem hidroponik genang dan alir, larutan nutrisi dialirkan ke bak tanaman hingga merendam akar lalu dialirkan keluar bak untuk selang waktu tertentu. Ada juga yang menyebutnya sebagai flood and drain sistem. Pada umumnya sistem ini terdiri dari bedengan kedap air, wadah/pot yang berlubang di bagian bawahnya dan berisi media tanam, tangki untuk larutan nutrisi, pompa, pipa nutrisi, klep inlet dan outlet.

Untuk memberi kesempatan larutan nutrisi menembus ke dalam media tanaman, biasanya digunakan patokan waktu perendaman sekitar 10 menit setelah larutan nutrisi memenuhi bak tanaman (Suhardiyanto, 2009).

Nah, kali ini kita akan menanam sayuran bawang daun dengan sistem ini. Berikut langkah-langkahnya:

1. Siapkan rakitan dan instalasi alat ebb and flow serta substrat yang telah dilembabkan.
2. Siapkan bawang daun dan rendam bawang daun pada air
Potong dan sisakan batang bawah beserta akarnya
Tanam pada pot dalam bak ebb and flow
Tiap pot ditanami 2 bibit

Untuk pemeliharaan jangan lupa untuk disiram 2 hari sekali. Selamat mencoba !!!

Gambar pertanaman bawang daun umur 1 hari setelah tanam, sudah mulai muncul tunas
Oleh:
Mega Dewana Putri
Koordinator Asisten Praktikum Teknologi Hidroponik

Daftar Pustaka
Suhardiyanto, H. 2009. Teknologi Hidroponik Untuk Budidaya Tanaman. Bogor. IPB Press.
NB: Kegiatan ini merupakan praktikum mata kuliah Teknologi Hidroponik semester 5 Program Studi Agroteknologi, Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret Surakarta, Tahun Ajaran 2011/2012 Semester Gasal.
Praktikum penanaman bawang daun dengan sistem ebb and flow dilaksanakan oleh kelompok C-2 dengan anggota:
  • Wiki Handi
  • Yunus Ali N
  • Sefti Indah K
  • Sri Yani
  • Muhammad Khoirul Anwar
  • Rizka Wahyuni
  • Usman Avandi
  • M. Irvin Yanuar
  • Ria Purnama
  • Ratna Mayamurti
More aboutMENANAM BAWANG DAUN DENGAN SISTEM HIDROPONIK EBB AND FLOW

Electrical Conductivity (EC)

Posted by Mega Dewana

Tingkat kepekatan nutrisi hidroponik sering menggunakan indikator nilai konduktivtas listrik (Electrical Conductivity = EC). Unsur-unsur hara yang terlarut dalam air berupa ion bermuatan positif (kation) dan ion bermuatan negative (anion). Keberadaan ion-ion tersebut yang memungkinkan konduktivitas listrik dalam larutan nutrisi dapat terukur oleh alat EC meter.
EC meter atau electro-conductivity meter mengukur kelancaran pengantaran listrik antara kation dan anion. Hasil pengukuran terlihat pada monitor dengan satu atau dua digit dibelakang koma. Satuan pengukuran ialah mS/cm (mili-Siemens per cm, karena jarak antara katoda dan anoda adalah satu cm). di lapangan sering hanya digunakan mS saja tanpa menyebut cm-nya. Misalnya EC 2,5 mS/cm disebut EC 2,5 mS, atau sering hanya diucapkan EC 2,5.

Daftar Pustaka
Sutiyoso, Yos. 2009. Hidroponik Ala Yos. Jakarta. Penebar Swadaya
 Oleh:
Mega Dewana Putri
H0107018, Agronomi
Koordinator Asisten Praktikum Teknologi Hidroponik
Program Studi Agroteknologi
Fakultas Pertanian, Universitas Sebelas Maret Surakarta
Tahun Ajaran 2011/2012 Semester Gasal
More aboutElectrical Conductivity (EC)

FUNGSI GARAM NUTRISI

Posted by Mega Dewana

Dalam teknologi hidroponik, garam pupuk yang diberikan harus mengandung semua unsur yang dibutuhkan tanaman. Garam pupuk dilarutkan dalam kepekatan tertentu, lalu diberikan dengan frekuensi tertentu pula. Mencampur garam pupuk menjadi larutan nutrisi tidak serumit yang diduga kebanyakan orang. Kunci utama yang harus dipegang adalah memahami setiao unsur mineral yang diramu serta fungsinya bagi tanaman.
1. Nitrogen (N) Nitrogen diserap akar tanaman dalam bentuk NO3- dan NH4+. Pemberian nitrogen akan memacu pertumbuhan daun dan batang. Hal ini menguntungkan pada tanaman yang menghasilkan batang dan daun. Pemberian nitrogen juga mempengaruhi perkembangan susunan akar, tetapi pengaruhnya tidak sama dengan pengaruh akibat pemberian fosfor.
2. Fosfor (P) Fosfor diambil oleh akar dalam bentuk H2PO4- dan HPO4. Di dalam tanaman, sebagian besar fosfor berupa zat pembangun dan terikat dalam senyawa-senyawa organik, jadi sifatnya statis. Hanya sebagian kecil fosfor yang terdapat dalam bentuk anorganik sebagai ion-ion fosfat. Fosfor digunakan dalam pembentukan bunga dan buah. Fosfor juga memacu pertumbuhan akar.
3. Kalium (K) Fungsi kalium sangat penting karena berperan dalam asimilasi zat arang. Tanpa kalium, asimilasi akan terhenti. Karena proses asimilasi tergantung adanya kalium maka tanaman yang banyak menghasilkan daun akan memerlukan banyak (K2O). Fungsi lain dari kalium adalah pembentukan jaringan penguat.
4. Kalsium (Ca) Kalsium diserap dalam bentuk Ca. Fungsi penting kalium adalah mengatur permeabilitas dinding sel. Garam-garam kalsium juga dapat mencegah kenaikan derajat keasaman air sel yang bekerja sebagai penyangga. Peranan lain dari kalsium adalah ikut dalam pertumbuhan ujung akar dan pembentukan bulu akar.
5. Magnesium (Mg) Magnesium diserap dalam bentuk Mg. Merupakan bagian dari hijau daun. Zat ini juga berfungsi untuk menyebarkan fosfor ke seluruh tanaman.
6. Sulfur / Belerang (S) Belerang diserap dalam bentuk SO4. Belerang bekerjasama dengan fosfor untuk mempertinggi daya kerja unsur-unsur lain memproduksi energi.
7. Besi / Iron (Fe) Besi diserap dalam bentuk Fe yang sagat berperan dalam pembentukan hijau daun. Besi juga merupakan salah satu unsur yang diperlukan pada pembentikan enzim pernapasan yang mengoksidasi hidrat arang menjadi gas asam arang.
8. Mangan (Mn) Mangan diserap dalam bentuk Mn. Fungsi Mangan adalah mengatur proses desimilasi atau pernapasan dan membantu tanaman menyerap Nitrogen.
9. Boron (B) Boron diserap tanaman dalam bentuk BO3. Bila kekurangan boron maka pertumbuhan meristem akan terganggu sehingga terjadinya kelainan dalam pembentukan berkas pembuluh.
10. Seng (Zn) Seng diserap tanaman dalam bentuk Zn. Diduga persenyawaan Zn mempunyai fungsi dalam pembentikan hormon tumbuh (auxin) dan penting untuk keseimbangan fisiologis. Seng juga penting dalam proses transfer energi ke seluruh bagian tanaman.
11. Molibdenum (Mo) Molibdin diserap akar dalam bentuk ion molibdat (MoO4). Molibdin penting dalam mengikat Nitrogen, terutama pada tanaman Legum.

Sumber:
Hidroponik, Bercocok Tanam Tanpa Tanah (Edisi Revisi) Pinus Lingga, Penebar Swadaya, Jakarta. 2010
More aboutFUNGSI GARAM NUTRISI

Penemuan Hidrogel untuk Media Tanam Hidroponik

Posted by Mega Dewana on Friday, December 28, 2012

Hidrogel adalah penemuan terbaru yang menarik untuk mempermudah sistem pertanian hidroponik. Kristal-kristal polimer ini bisa dijadikan media tanam yang praktis karena sifatnya yang mampu menyerap air, sehingga pekebun akan dibebaskan dari rutinitas menyiram tanaman, selain itu dengan keanekaragaman warnanya bisa memperbaiki penampilan tanaman secara keseluruhan, karena bisa disesuaikan dengan selera dan diselaraskan dengan warna tanaman. Hal ini dapat menciptakan keindahan dan keasrian tanaman hias yang ditempatkan di ruang tamu atau di ruang kantor.
Di samping sebagai media tanam bagi tanaman hias, hidrogel juga cocok untuk perkebunan dan hutan tanaman industri. Hidrogel digunakan sebagai campuran untuk menyempurnakan tanah. Jeli dari hidrogel lazim pula digunakan untuk budidaya jamur Shitake.
Selain itu, gel ini berguna bagi pertanian di kota-kota besar yang lahannya sempit serta kualitas tanahnya jelek. Sedikit tanah, diberi campuran hidrogel dan pupuk, bisa menjadi media yang baik untuk berkebun.
Menurut ensiklopedia Wikipedia, hidrogel adalah suatu jaringan rantai-rantai polimer yang mudah menyerap air, hidrogel adalah polimer penyerap super (superabsorbent), ia dapat mengandung air hingga 99%. Hidrogel adalah Kristal-kristal penghisap air, mampu menyerap air 600 kali dari bobotnya. Kristal-kristal ini tampak seperti butiran-butiran kecil kwarsa sebelum jenuh dengan air, dan mirip cabikan jeli jernih bila air ditambahkan.

Sumber:
Pedoman Budidaya Hidroponik
Tim Karya Tani Mandiri
Penerbit Nuansa Aulia, Bandung, 2010
More aboutPenemuan Hidrogel untuk Media Tanam Hidroponik

ARANG SEBAGAI MEDIA TANAM

Posted by Mega Dewana

Arang bisa berasal dari kayu atau batok kelapa. Media tanam ini sangat cocok digunakan untuk tanaman anggrek di daerah dengan kelembaban tinggi. Hal itu dikarenakan arang kurang mampu mengikat air dalam jumlah banyak.
Keunikan dari media jenis arang adalah sifatnya yang buffer (penyangga). Dengan demikian, jika terjadi kekeliruan dalam pemberian unsur hara yang terkandung di dalam pupuk bisa segera dinetralisir dan diadaptasikan.
Selain itu, bahan media ini juga tidak mudah lapuk sehingga sulit ditumbuhi jamur atau cendawan yang dapat merugikan tanaman. Namun, media arang cenderung miskin akan unsur hara. Oleh karena itu, ke dalam media tanam ini perlu disuplai unsur hara berupa aplikasi pemupukan.

Sumber:
Pedoman Budidaya Hidroponik
Tim Karya Tani Mandiri
Penerbit Nuansa Aulia, Bandung, 2010
More aboutARANG SEBAGAI MEDIA TANAM

BATANG PAKIS SEBAGAI MEDIA TANAM

Posted by Mega Dewana

Berdasarkan warnanya, batang pakis dibedakan menjadi dua, yaitu batang pakis hitam dan batang pakis cokelat. Dari kedua jenis tersebut, batang pakis hitam lebih umum digunakan sebagai media tanam.
Batang pakis hitam berasal dari tanaman pakis yang sudah tua, sehingga lebih kering. Selain itu, batang pakis ini pun mudah dibentuk menjadi potongan kecil dan dikenal sebagai cacahan pakis.
Selain dalam bentuk cacahan, batang pakis juga banyak dijual sebagai media tanam siap pakai dalam bentuk lempengan persegi empat. Umumnya, bentuk lempengan pakis digunakan sebagai media tanam anggrek. Kelemahan lempengnan batang pakis ini adalah sering dihuni oleh semut atau binatang-binatang kecil lainnya.
Karakteristik yang menjadi keunggulan media batang pakis lebih dikarenakan sifat-sifatnya yang mudah mengikat air, memiliki aerasi dan drainase yang baik, serta bertekstur lunak sehingga mudah ditembus oleh akar tanaman.

Sumber:
Pedoman Budidaya Hidroponik
Tim Karya Tani Mandiri
Penerbit Nuansa Aulia, Bandung, 2010
More aboutBATANG PAKIS SEBAGAI MEDIA TANAM

Sabut Kelapa sebagai Media Tanam

Posted by Mega Dewana

Sabut kelapa atau coco peat merupakan bahan organic alternatif yang dapat digunakan sebagai media tanam. Sabut kelapa untuk media tanam sebaiknya berasal dari buah kelapa tua karena memiliki serat yang kuat.
Penggunaan sabut kelapa sebagai media tanam sebaiknya dilakukan di daerah yang bercurah hujan rendah. Air hujan yang berlebihan dapat menyebabkan media tanam ini mudah lapuk.
Selain itu, tanaman pun menjadi cepat membusuk sehingga bisa menjadi sumber penyakit. Untuk mengatasi pembusukan, sabut kelapa perlu direndam terlebih dahulu di dalam larutan fungisida.
Jika dibandingkan dengan media lain, pemberian fungisida pada sabut kelapa harus lebih sering dilakukan karena sifatnya yang cepat lapuk sehingga mudah ditumbuhi jamur.
Kelebihan sabut kelapa sebagai media tanam lebih dikarenakan karakteristiknya yang mudah mengikat dan menyimpan air dengan kuat, sesuai untuk daerah panas, dan mengandung unsure-unsur hara esensial seperti Ca, Mg, K, N, dan P.

Sumber:
Pedoman Budidaya Hidroponik
Tim Karya Tani Mandiri
Penerbit Nuansa Aulia, Bandung, 2010
More aboutSabut Kelapa sebagai Media Tanam

The Nutrient Film Technique (NFT)

Posted by Mega Dewana

The Nutrient Film Technique, or NFT, was pioneered by Allen Cooper at the Glasshouse Crops Research Institute in Littlehampton, England. In this growing technique, plants are palcet atop an interved “V” shaped channel, sealed on all sides into a box-little tunnel, through which a thin film of nutrient solution passes along the bottom. A pump and reservoir combination situated below the channels collects and recycles the nutrient back through the system. Roots grow down along the channel, receiving oxygen directly from inside of the through, while receiving water and nutrient from the thin film of nutrient being carried along the bottom of the channel by gravity. The enclosed channels maintains 100% humidity to protect against dehydration. Excellent results can be obtained with this system. However, maintaining the “nutrient film” becomes difficult once the roots form large mats at the bottom of the channel. The resulting puddling can create stagnation in the root zone, depleting roots of oxygen and fresh nutrient. Efficiency, on the other hand, is excellent because the closed channel limits evaporation.

HOW TO HYDROPONICS
FOURTH EDITION
KEITH ROBERTO
PUBLISHED BY: THE FUTUREGARDEN PRESS, NEW YORK
More aboutThe Nutrient Film Technique (NFT)

AEROPONICS

Posted by Mega Dewana

The most recent technology to be developed in agriculture is Aeroponics, a method in which a plant’s roots are fed and waterered midair. The plants are generally suspended from baskets (similar to those in which strawberries are packaged) at the top of a closed through or cylinder. With the plants suspended in this manner, all essential nourishment can be provided to the roots by spraying them with a nutrient solution. Since the roots are suspended in midair, their receive the maximum amount of oxygen possible. This method is also the most nutrient-efficient, because you need only provide what the plants require, and any nutrient that is not absorbed is drained back into the reservoir and recycled much like the previous methods. It is utmost importance that the atmosphere in which the roots grow is maintained at 100% relative humidity to prevent dehydration.
A drawback to current aeroponic systems is maintaining root helath in the event of pump malfunction or loss of power. Without the spray of nutrient enriched water, root systems will not remain helathy for long. They will rapidly dry up and die. However, the increased oxygenation that is received by the plant’s root structure benefits growth at an unprecendented level and has been scientifically proven to increase crop yields by as much as 10 times over soil. The AeroSpring design that is featured for construction later in the book combines aeroponics with a deep, reservoir to protect agains crop loss in the event of a pump failure.

HOW TO HYDROPONICS
FOURTH EDITION
BY KEITH ROBERTO
PUBLISHED BY FUTUREGARDEN PRESS, NEW YORK

More aboutAEROPONICS

Tinjauan Pustaka Hidroponik Ebb and Flow

Posted by Mega Dewana

Hidroponik sistem ebb and flow merupakan salah satu metode yang populer dari hidroponik. Sistem ini memiliki prinsip kerja menyediakan larutan nutrisi dengan pola pasang surut. Sistem hidroponik ebb and flow bisa diibaratkan sebagai sebuah paru-paru. Saat air menggenang dan membasahi media, gas-gas sisa metabolisme yang dikeluarkan oleh akar akan terpompa keluar. Demikian pula sebaliknya, ketika air meninggalkan media dalam pot, maka udara baru dari luar yang banyak mengandung oksigen akan tersedot ke dalam media tanam. Hal ini tentunya menjadikan tanaman semakin tumbuh subur dan sehat (Rosliani dan N. Sumarni, 2005).
Tempat penggenangan tersusun atas rangka bambu yang dilapisi plastik untuk meletakkan pot tanaman, di pinggirnya terdapat outlet untuk menyurutkan larutan nutrisi. Seluruh tempat penggenangan akan digenangi oleh larutan nutrisi yang diambil dari tandon larutan nutrisi dengan level tertentu. Selang beberapa waktu, larutan nutrisi akan menyurut kemudian terpompa kembali pada interval yang telah ditentukan. Sebagian besar penanaman yang menggunakan metode ini percaya bahwa metode ini menghemat listrik dan tenaga kerja begitu pula dengan air dan pupuk  (Soffel, 1998).
Teknologi ini sering disebut flood and drain. Prinsip kerja dari ebb and flowadalah mengisi kemasan dengan media, misalnya arang sekam kemudian menempatkannya di instalasi. Selama lima menit, kemasan yang berisi media tersebut akan dikucuri larutan. Kemudian secara gravitasi, larutan dalam kemasan akan turun kembali ke dalam tandon yang berada dibawahnya. Setelah 10 menit, pompa menyala lagi dan terjadi kembali siklus seperti di atas (Karsono et al.,  2002).

Karsono, S., Sudarmodjo, dan Y. Sutiyoso. 2002. Hidroponik Skala Rumah Tangga. Agro Media Pustaka. Jakarta.

Rosliani, R., dan N. Sumarni. 2005. Budidaya tanaman Sayuran dengan Sistem Hidroponik. http://balitsa.litbang.deptan.go.id//. Diakses 18 September 2011.

Soffel, L. 1998. How to Start on a Shoestring and Make a Profit With Hydroponics. 3rd Edition. May Hill Press. Franklin. 136 pp.
More aboutTinjauan Pustaka Hidroponik Ebb and Flow